7 Pahlawan Pendidikan yang Harus Anda Catat dan Ingat!
Mereka mungkin telah gugur dan tiada. Tapi apa yang mereka tinggalkan untuk anak bangsa ini tidak patut untuk kita lupakan begitu saja. Berkat pengorbanan, bahkan cucuran darah para pahlawan pendidikan ini lakukan untuk kemajuan negeri. Sudah selayaknya kita mencatat dan mengingat apa yang mereka perbuat dan tinggalkan untuk kita.
Perjuangan belum usai dan berakhir. Ada estafet ilmu yang juga harus kita tinggalkan nantinya untuk generasi penerus bangsa ini. Jangan biarkan mereka tertinggal dari negara-negara lainnya di dunia. Beban moral itu ada di pundak kita saat ini, bagaimana kita ikut membentuk sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.
Daftar Isi:
Pahlawan Pendidikan
Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghormati Jasa Para Pahlawannya. Ini bukan menjadi sekedar slogan semata untuk sebuah negeri. Kita dapat melihat beberapa negara maju di dunia menempatkan pahlawan-pahlawan mereka di tempat yang terhormat, bahkan setelah mereka meninggal dunia. Contohnya saja negara adidaya Amerika Serikat yang menguburkan setiap pahlawan mereka di Arlington National Cemetery. Sebuah kawasan yang sangat “layak” untuk pemakaman pejuang bangsa.
Di negara yang kita cintai ini para pejuang yang telah gugur juga mendapatkan tempat istimewa di kawasan Taman Makan Pahlawan Nasional Utama Kalibata (TMPN Kalibata). Bahkan juga negara memberikan tunjangan untuk Veteran kemerdekaan yang besarannya cukup layak, dan ini dilihat dari golongan terakhir Veteran tersebut.
Baiklah, kami pikir Anda sudah mengerti mengapa setiap kita harus mencatat dan mengingat nama-nama para pahlawan, jika ingin menjadi besar, maka hormatilah pahlawanmu, kurang lebih seperti itu makna yang dapat kita petik bersama. Dan berikut ini nama-nama pahlawan pendidikan kita yang juga telah tercatat di buku sejarah …
1. Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara adalah sosok pahlawan pendidikan pertama yang kami ulas untuk Anda. Beliau wafat pada tanggal 26 april 1959 di Yogyakarta tepat berusia 69 tahun. Ia merupakan pelopor pendidikan untuk kaum pribumi pada kala itu. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Lahir di Pakualaman, 2 mei 1889, Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Jika Anda pernah mendengar Taman Siswa, ia adalah sosok pendiri perguruan tersebut. Lembaga pendidikan inilah yang menjadi jembatan masyarakat pada saat itu untuk dapat menempuh pendidikan, bahkan termasuk lembaga yang memberikan pembelajaran untuk Priyayi dan orang-orang Belanda.
Telah banyak apresiasi yang diberikan negara untuk mengenang Ki Hadjar Dewantara, salah satunya dengan menjadikan tanggal lahir beliau sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bahkan slogan dari Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia yaitu “tut wuri handayani” merupakan semboyan dari Ki Hadjar Dewantara.
Tidak cukup sampai disitu, kapal perang Indonesia KRI Ki Hajar Dewantara juga merupakan adopsi dari nama beliau. Sampai pada menempelkan gambar beliau di uang kertas Rp 20.000 edisi tahun 1998.
2. Kartini
Jika mengenang beliau, kami jadi teringat akan sebuah lagu di sekolah waktu itu,
ibu kita kartini
putri sejati
putri indonesia
harum namanya
Begitu kira-kira sepenggal lagu nasional yang menggambarkan sosok ibu Kartini. Lahir di Jepara, 20 april 1879. Beliau meninggal di usia yang terbilang muda, yaitu 25 tahun, tepatnya pada tahun 17 september 1904 Raden Adjeng Kartini menghembuskan napas terakhirnya.
Sejatinya beliau lebih dikenal sebagai pahlawan perempuan pribumi. Wanita-wanita masa kini banyak yang mengidolakan Kartini karena jasa-jasa besar beliau terhadap perempuan di masa lampau. Tapi tahukah Anda, ia juga merupakan sosok pahlawan pendidikan berkat upayanya mendirikan Kartini School di masa penjajahan Belanda. Dari sekolah inilah banyak masyarakat pribumi terbantu untuk dapat menulis dan membaca.
3. Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika adalah perintis pendidikan untuk kaum wanita. Ia lahir di Cicalengka 4 desmber 1884, dan meninggal pada di Tasikmalaya 11 september 1947, tepat 2 tahun setelah kemerdekaan Indonesia. Pemerintah menobatkan Dewi Sartika sebagai pahlawan nasional pada tahun 1966, tepat setelah 19 tahun ia meninggal dunia.
Jasa-jasa beliau untuk bidang pendidikan tercatat ketika ia mendirikan sebuah sekolah bernama Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung. Berkat pembangunan sekolah ini, selama kurun waktu tahun 1910 sampai dengan 1920 ada sekitar 9 sekolah baru yang terbangun di kota dan kabupaten.
Kecintaan Dewi Sartika terhadap dunia pendidikan sudah terlihat semenjak ia kecil. Dalam panggung drama, ia selalu melakoni peran sebagai seorang guru. Nampaknya hal inilah yang membuatnya mendirikan Sekolah Isteri, ditambah kemampuan dan faktanya ia juga merupakan keturunan orang berada.
4. Kiai Haji Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan adalah sosok pendiri Muhammadiyah. Garis keturunan berasal dari tokoh Walisongo terkemuka, Maulana Malik Ibrahim. Beliau lahir di Yogyakarta, 1 agustus 1868, dan wafat 23 februari 1923 di kota yang sama. Ayah beliau merupakan seorang Ulama dan Khatib di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta, K.H Abu Bakar.
Awal beliau mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912, tujuannya adalah untuk memberikan pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Sejak awal berdirinya Muhammadiyah, Ahmad Dahlan dengan tegas mengatakan ini bukan suatu organisasi politik, melainkan organisasi yang bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
Kisah perjuangan seorang Kiai Haji Ahmad Dahlan tidaklah mudah, banyak pertentangan yang beliau hadapi sebelum dan setelah mendirikan Muhammadiyah. Mulai dari cibiran antek-antek Belanda, dan lain-lain. Tapi ia tetap teguh pada prinsipnya untuk membangun pendidikan masyarakat melalui jalur dakwah. Tak pelak kisah panjang Ahmad Dahlan diangkat ke layar film oleh sutradara Hanung Bramantyo dengan film berjudul Sang Pencerah pada tahun 2010. Film ini menceritakan bagaimana kisah hidup dan semangat perjuangan Kiai Haji Ahmad Dahlan.
54 tahun perjalanan hidup Ahmad Dahlan ditemani seorang istri bernama Hj. Siti Walidah, dan 7 orang anak bernama:
- Djohana
- Siradj Dahlan
- Siti Busyro
- Irfan Dahlan
- Siti Aisya
- Siti Zaharah
- Dandanah
Setelah kepergian beliau, ketua pimpinan Muhammadiyah kala itu digantikan oleh K.H Ibrahim. Usut punya usut, Ahmad Dahlan kecil memiliki nama panggilan atau nama yang lebih akrab di kalangan masyarakat, yaitu Muhammad Darwisy.
5. K.H Hasjim Asy’ari
Kiai Haji Mohammad Hasjim Asy’ari, lahir di Kabupaten Jombang, 14 februari 1871, dan wafat di kota yang sama pada tanggal 21 juli 1947. Beliau merupakan pendiri dari Nahdlatul Ulama, sebuah organisasi masa Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada tahun 1926 yang tujuannya untuk kegiatan agama, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Beliau merupakan putra ke tiga dari sepuluh bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asy’ari, dan ibunya bernama Halimah. Hasyim Asy’ari banyak menimba ilmu dasar agam Islam dari kakek dan ayahnya, ia merupakan cucu dari pendiri pondok pesantren Nggedang di Jombang, Kyai Utsman. Setelahnya, pendalaman ilmu agama Islam beliau banyak dipelajari di Mekah. Beberapa Syekh besar pernah tercatat memberikan pelajaran pendalaman agama Islam padanya, salah satunya Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Sayyid Abbas Maliki, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.
Hasjim Asy’ari dikenal juga sebagai maha guru di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren dengan julukan Hadratus Syeikh. Pemberian gelar ini diberikan berkat dedikasi beliau dalam ilmu keagamaan Islam. Sejumlah kitab karangannya yang ditulis dan dicatat sebagai pedoman Islam sampai saat ini masih banyak dipergunakan sebagai panduan keislaman, salah satunya mengenai paradigma Ahlussunah Wal Jama’h yang berjudul “Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama’ah: Fi Hadistil Mawta wa Asyrathis-sa’ah wa baya Mafhumis-Sunnah wal Bid’ah”.
Relawan Pendidikan
Relawan, sukarelawan atau volunteer adalah mereka yang dengan senang hati, berdedikasi tinggi, dan mengorbankan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka bekerja tidak untuk mendapatkan upah, atau “nama”. Malainkan untuk kemajuan individu tertentu.
Untuk melanjutkan jumlah pahlawan pendidikan di atas, kami juga ingin memberikan nama-nama relawan di bidang pendidikan yang memiliki andil sangat besar untuk kemajuan anak bangsa. Relawan pendidikan ini bahkan dengan penuh kesabaran dan perjuangan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia sampai ke daerah pedalaman negeri. Seperti yang sudah sama-sama kita ketahui, wilayah Indonesia sangat luas, masih banyak penduduk khususnya di daerah pedalaman yang tidak bisa mendapatkan pembelajaran yang baik seperti di kota-kota besar. Dan relawan ini hadir untuk memberikan pemerataan ilmu pendidikan di seluruh negeri. Siapa saja mereka? berikut sosok tersebut …
6. Butet Manurung
Saur Marlina Manurung, atau yang lebih akrab di sapa Butet Manurung, adalah sosok dibalik berdirinya “Sokola Rimba” bagi masyarakat pedalaman di Indonesia. Sekolah pertama yang ia rintis berada di wilayah Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi. Dengan penerapan pembelajaran setengah antropologis, ia berhasil mengajarkan cara menulis, membaca, dan berhitung kepada orang rimba suku kubu.
Sokola Rimba sendiri berasal dari salah satu dialek bahasa melayu, yang artinya Sekolah Rimba. Berangkat dari sini ia mulai mendirikan Sokola Rimba lainnya di pelosok negeri, Halmahera, dan Flores.
Sebagai seorang pendidik dan aktivis, Butet Manurung kerap mendapatkan berbagai penghargaan, bahkan apresiasi dari international. Contohnya dari UNESCO pada tahun 2011 sebagai sosok Man and Biosphere, Time Magazine tahun 2004 sebagai sosok Hero of Asia, Asia Young Leader tahun 2007, Young Global Leader tahun 2009, dan masih banyak lagi.
7. Tidak dapat Disebutkan Satu Persatu
Di luar sana mungkin saja masih banyak terdapat relawan-relawan dengan hati yang tulus memberikan pendidikan secara cuma-cuma kepada anak negeri. Untuk kalian yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami sengat berterima kasih atas dedikasi dan pengorbanan Anda untuk kemajuan anak negeri. Teruslah berkarya untuk negeri yang kita cintai. Walaupun negara tidak menobatkan kalian sebagai pahlawan pendidikan, sejatinya kalian adalah pahlawan tanpa tanda jasa.
Demikian ulasan Pahlawan Pendidikan dan Relawan Pendidikan dari kami Manadopost.co.id. Semoga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan pada Anda pembaca artikel ini. Sejatinya kami hadir juga untuk menjadi pahlawan informasi bagi masyarakat Indonesia.